Artikel
:
Dampak
Psikologis Teknologi Internet Pada Anak dan Remaja
Pro
dan Kontra Teknologi Internet
Teknologi
merupakan sehimpunan cara, peralatan, metode, informasi, dan pengorganisasian
yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk (barang dan atau jasa) dan secara
umum bertujuan untuk memecahkan persoalan tertentu (menjawab persoalan
pragmatis) pada mulanya diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Salah
satu teknologi yang telah berkembang pesat dewasa ini adalah teknologi
internet. Namun dalam perkembangan selanjutnya sering muncul pro dan kontra
terhadap kehadiran teknologi ini.
Pertanyaan
yang sering muncul kemudian adalah “apakah teknologi berpengaruh negatif atau
positif dalam kehidupan manusia?”. Para Psikolog memandang hal tersebut tergantung
dari pribadi si penggunanya. Artinya setiap produk teknologi, termasuk
teknologi internet memiliki fungsi positif dan negatif yang sekaligus melekat
pada waktu yang bersamaan. Seperti halnya sebuah pisau, fungsi positifnya dapat
membantu manusia untuk memotong benda-benda yang besar sehingga lebih mudah
untuk dibawa atau diolah. Namun efek negatifnya adalah bila digunakan secara
keliru seperti mengancam jiwa orang lain atau bahkan membunuhnya. Begitu pula
dengan teknologi internet, tentu internet akan bermanfaat jika mampu
meningkatkan kehidupan seseorang, dan sebaliknya menjadi penyakit jika membuat
kacau kehidupan orang tersebut.
Oleh
karena itu memang tidak mudah untuk membuat penilaian apakah teknologi internet
berdampak positif atau negatif, karena jawabanannya sangat tergantung dari sang
pengguna teknologi tersebut.
Dampak
Teknologi Internet Pada Anak dan Remaja
Seperti
yang sudah dikatakan sebelumnya, teknologi internet dapat berdampak positif
maupun berdampak negatif tergantung dari sang pengguna teknologi. Namun apabila
dilihat dari sisi psikologis, dampak ini akan berpengaruh terhadap beberapa
aspek perkembangan anak dan remaja, yaitu perkembangan fisik, perkembangan
sosial dan emosi, perkembangan inteligensi, dan perkembangan moral.
A. Dampak
negatif teknologi internet Pada Anak dan Remaja
1. Pada
perkembangan fisik
Interaksi antara pengguna
(dalam hal ini anak dan remaja) dengan teknologi internet banyak mengurangi
aktivitas gerak karena konsep dari teknologi adalah memudahkan kehidupan
manusia sehingga akan banyak mengurangi aktivitas fisiknya. Karena kurang
bergerak, anak maupun remaja sering terjangkit obesitas yang dapat memicu
ketidakseimbangan hormonal dan metabolism yang dapat menggiring terjadinya
serangan jantung. Disamping itu, perkembangan fisik pun banyak mengalami
physical decline. Contohnya adalah problem visual seperti kelelahan mata, sakit
kepala atau bahkan penglihatan menjadi kabur. Hal ini disebabkan karena cahaya
dan radiasi yang yang dipancarkan dari perangkat elektronik.
2. Pada
perkembangan sosial, emosi, dan kepribadian
Pada anak dan remaja,
perkembangan emosi tidak lepas dari interaksinya dengan lingkungan sosial. Bila
lingkungan sosial yang ada di sekeliling anak berupa lingkungan sosial yang
“virtual” dan tidak pada kenyataannya, maka perkembangan emosinya pun cenderung
tidak adekuat. Hal ini disebabkan karena umpanbalik dari lingkungan virtual
dapat diatur sesuai dengan kehendak individu, sedangkan umpanbalik dari
lingkungan nyata belum tentu sesuai dengan kehendak individu sehingga individu
pun harus mengembangkan keterampilan sosial dan emosi untuk mengatasinya.
Saat ini telah
dikembangkan berbagai jejaring sosial yang dapat mendukung terciptanya suatu
lingkungan sosial “virtual”. Pada anak-anak dan remaja, pengaruh negatif dari
jejaring sosial ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :
a. Hilangnya
privasi
Tidak
sebagaiamana orang dewasa, anak-anak dan remaja akan cenderung tidak
mencantumkan identitas nyata dalam jejaring sosial yang mengakibatkan mereka rentan
terhadap hilangnya privasi mereka serta kemungkinan abuse terhadap foto atau
video yang kurang appropriate yang mereka posting didalam jejaring sosialnya.
b. Cyber-Bullying
Anak-anak dan remaja
belum cukup matang untuk memahami dampak dari informasi yang dimunculkan dalam
jejaring sosial sehingga banyak terjadi kasus perkelahian yang dimulai dari
komentar atau status namun dianggap sebagai ejekan atau bullying melalui
jejaring sosial.
c. Stranger-Danger
Anak-anak dan remaja
masih kurang aware terhadap bahaya dari orang yang tak dikenal atau yang
mengenal mereka namun memalsukan identitasnya dalam jejaring sosial. Menurut
Pew Research Center, "32% dari remaja online telah dihubungi oleh
seseorang yang tidak ada hubungannya dengan mereka dan 7% dari remaja online
tersebut mengatakan mereka merasa takut atau tidak nyaman sebagai akibat dari
kontak dengan orang yang tak dikenal secara online. Di Indonesia bahkan kasus
remaja yang diculik dan kemudian diperkosa oleh orang tak dikenal melalui
jejaring sosial banyak terjadi.
d. Cyber-Stalking
Kejujuran anak-anak dan remaja dalam
jejaring sosial seperti melakukan posting tentang bagaimana rumah mereka, di
mana sekolah mereka, menyebabkan orang asing yang berniat jahat sangat mudah
untuk membuntuti atau bahkan membujuk mereka untuk bertemu muka dan akhirnya
bisa melakukan tindak kejahatan terhadap mereka.
Beberapa
interaksi anak dengan teknologi elektronik juga dapat berdampak pada
perkembangan aspek emosi yang tidak adekuat. Bila teknologi elektronik seperti
komputer dan koneksi internetnya digunakan tanpa kontrol yang baik, maka akan
menyebabkan tingginya risiko untuk menjadi ketergantungan (addiction). Banyak
orang tidak sadar bahwa lama-kelamaan ia menutup diri terhadap komunikasi
sosial entah karena keasikan ngebrowse atau karena internet dipakai sebagai
pelarian dari masalah-masalah yang berhubungan dengan kepribadiannya. Hal itu
dapat terjadi karena ada individu yang menampilkan kepribadian yang berbeda
pada saat online dengan offline. Motivasi dibalik itu tentu berbeda antara satu
orang dengan yang lain.
Permasalahan
akan rumit jika alasannya adalah karena individu tersebut tidak puas/suka
terhadap dirinya sendiri (mungkin karena rasa minder, malu, atau merasa tidak
pantas), lantas menciptakan dan menampilkan kepribadian yang lain sekali dari
dirinya yang asli. Seringkali ia lebih suka pada kepribadian hasil rekayasa
yang baru karena tampak ideal baginya. Padahal, menurut para Psikolog, hal ini
tidak benar dan tidak sehat.
Michelle
Weil, seorang Psikolog dan pengarang buku terkenal, memberikan contoh konkrit
tentang seorang gadis yang dijauhi oleh teman-temannya lalu kemudian
menghabiskan waktu untuk mojok berchatting ria dengan menampilkan karakter yang
sangat kontradiktif dengan karakter aslinya. Akibatnya, lama kelamaan ia
semakin jauh dengan kenyataaan sosial yang ada, bahkan tidak bisa menerima diri
apa adanya. Menurut pakar psikoanalisa terkenal seperti Erich Fromm, kondisi
demikian dinamakan neurosis. Kondisi neurosis yang berkepanjangan akan
mengakibatkan gangguan jiwa yang serius. Michelle lebih lanjut menambahkan,
bahaya latennya adalah terbentuknya kepribadian online yang berbeda dengan yang
asli.
3. Pada
perkembangan inteligensi
Anak-anak jaman sekarang
diduga menggunakan otak mereka secara berbeda dengan anak-anak pada generasi
sebelumnya. Berarti cara pengajaran maupun evaluasi yang dilakukan saat ini pun
belum tentu efektif untuk menggambarkan kecerdasan mereka.. Dampak negatif
dalam inteligensi dibuktikan oleh Lady Susan Greenfield, ahli syaraf dan profesor
farmakologi sinaptik pada Lincoln College, Oxford, dan direktur Royal
Institution. Dia berpendapat bahwa anak-anak yang menggunakan teknologi
internet secara berlebihan akan memiliki kecenderungan untuk mengalami hambatan
dalam rentang perhatian, kebutuhan melakukan stimulasi secara segera atau tidak
sabar, dan ‘rasa kebingungan dalam identitas’. Selain itu teknologi internet
juga berdampak pada penalaran kritis. Karena hampir semua informasi telah
tersedia sehingga anak-anak pun menjadi kurang terampil dan cenderung
berkonsentrasi hanya pada satu hal untuk jangka waktu yang lama. Hal ini akan
menyulitkan anak-anak untuk memecahkan masalah yang membutuhkan waktu pendek
dan kompleks.
4. Pada
perkembangan moral
Dampak dalam perkembangan
moral terutama terjadi karena pemaparan pada situs-situs yang banyak mengandung
unsur pornografi dan kekerasan. Banyak kasus tentang kekerasan dan kejahatan
seksual pada anak yang baik pelaku maupun korbannya adalah anak-anak dan remaja
akibat beredarnya berbagai situs internet yang tidak dikontrol baik oleh para
orangtua maupun orang dewasa lain yang bertanggungjawab terhadap pendidikan
anak di Indonesia.
Dampak negatif dalam
perkembangan moral juga dapat terjadi karena adanya kesempatan untuk mengunduh
isi situs tanpa ijin. Tidak sedikit orangtua yang mengajarkan anak-anaknya
untuk tidak mencuri bahkan mungkin memberikan hukuman bila ketahuan anaknya
mencuri. Namun bila hal tersebut dilakukan dengan perangkat teknologi, misalnya
mengunduh secara illegal baik lagu maupun film dengan berbagai cara, maka
hukuman pun tidak diberikan.
Secara umum efek
teknologi terhadap perkembangan moral diulas oleh Susan Willard dari University
of Oregon melalui 4 faktor utama yang muncul dalam interaksi antara anak dengan
teknologi internet, yakni:
a. Lack
of Affective Feedback and Remoteness from Harm
Dalam dunia nyata, suatu
perilaku memiliki konsekuensi yang akan dirasakan langsung. Misalkan pada saat
seorang anak bertemu anak lain dan melontarkan komentar negatif maka anak yang
mengejek akan langsung menerima konsekuensi mulai dari jawaban penentangan
sampai dengan perlawanan fisik bila anak yang diejeknya merasa tersinggung.
Namun melalui komputer, perilaku negatif seperti di atas tidak akan secara
langsung dirasakan dampaknya. Kondisi ini dapat menyebabkan anak mengembangkan
perilaku moral yang tidak adekuat karena konsekuensi dari perilakunya sering
tidak dirasakan secara langsung.
b. Reduced
Fear of Risk of Detection and Punishment
Interaksi melalui
komputer juga dapat dilakukan secara anonim atau dengan memalsukan identitas.
Hal ini menyebabkan individu dengan mudah dapat menghindar dari hukuman atau
tanggungjawab atas perilaku keliru yang dilakukannya.
c. New
Environment Means New Rules
Dunia maya melalui
internet nampak seperti sebuah lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan
nyata di sekitar anak/remaja. Oleh karena itu anak sering beranggapan bahwa di
dunia maya mereka boleh saja menerapkan aturan-aturan baru yang berbeda atau
bahkan bertentangan dengan dunia nyata, seperti saling mengejek atau membuat
lelucon yang tanpa disadari bisa melukai hati atau menjadi suatu penghinaan
terhadap orang lain.
d. Perceptions
of Social Injustice and Corruption
Adanya internet
menyebabkan individu yang merasa diperlakukan tidak adil berhak untuk
memberikan perlawanan kembali melalui teknologi internet. Mulai dari menentang
dengan mengemukakan pendapatnya, hacking sampai dengan membongkar segala hal
yang dianggap rahasia namun berpotensi menimbulkan suatu ketidakadilan,
sebagaimana kasus Wikileaks yang marak akhir-akhir ini. Oleh karena itu
individu berpotensi untuk melakukan perlawanan yang di dalam dunia nyata
membutuhkan aturan tertentu untuk mengemukakan ketidaksetujuannya tersebut.
B. Dampak
Positif teknologi internet Pada Anak dan Remaja
Disamping berbagai dampak
negatif, teknologi juga berdampak positif pada perkembangan anak dan remaja.
Secara umum teknologi dapat mendorong tumbuhnya ‘rasa mampu’ pada anak
disamping dapat digunakan sebagai ‘alat’ untuk memecahkan masalah (problem
solving). Selain itu teknologi seperti internet juga sangat membantu anak untuk
memperoleh informasi yang sangat luas. Permainan dengan menggunakan teknologi
berupa perangkat games juga dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengenal prinsip-prinsip dasar dalam teamwork, kemampuan berbagi serta melatih
eye-hand coordination. Namun secara rinci pengaruh positif teknologi internet
terhadap berbagai aspek perkembangan anak dan remaja dapat diuraiakan sebagai
berikut:
1. Pada
perkembangan fisik
Salah satu dampak positif
bila teknologi internet digunakan dengan tepat adalah adanya kemungkinan untuk
melakukan aktivitas fisik secara lebih leluasa tanpa terlalu dibatasi oleh
ruang dan waktu. Seperti game yang menggunakan dancing pad misalnya, dapat
dilakukan setiap saat di waktu senggang. Selain itu informasi tentang kesehatan
lewat internet juga banyak memberikan dukungan terhadap gaya hidup sehat dan
pencegahan terhadap penyakit. Namun manfaat ini tidak bisa langsung diperoleh
anak dan remaja karena keterbatasan mereka dalam memahami informasi kesehatan
yang diperolehnya. Oleh karena itu tentu dibutuhkan pendampingan dari orang
dewasa atau orangtua agar anak bisa menginterpretasikan informasi yang benar
tentang masalah kesehatan yang dapat mendukung perkembangan fisiknya.
2. Pada
perkembangan sosial, emosi, dan kepribadian
Banyak anak dan remaja
dapat mengembangkan sense of power and accomplishment bila mereka mampu
menggunakan komputer. Bila orang dewasa cenderung melakukan interaksi yang
pertamakali dengan komputer karena alasan pekerjaan, maka pada umumnya anak dan
remaja memulainya karena alasan bermain. Namun dari bermain itulah mereka dapat
mengembangkan kreativitas, interaksi dengan teman sebaya, kemampuan
berkomunikasi, bahkan memperkaya kemampuan berbahasa karena adanya kemungkinan
untuk melakukan kontak dengan anak-anak dari belahan bumi yang saling berbeda.
Aspek perkembangan sosial
dan emosi yang banyak didukung oleh adanya jejaring sosial melalui internet
antara lain:
a. Relationship
building & Cultural Awareness
Situs jejaring social
memungkinkan anak-anak dan remaja untuk bertemu teman baru dari negara lain
serta membantu mereka untuk menjadi lebih peka terhadap perbedaan budaya.
Anak-anak dan remaja juga mampu untuk tetap dapat saling berhubungan atau
membina hubungan kembali dengan teman-teman masa lalu yang mungkin telah lama
tidak bertemu atau berpisah jauh.
b. Identity
Anak dan remaja dapat
berbagi minat dengan anak lain, bergabung dengan suatu kelompok baru,
mengembangkan kemandirian, terlibat dalam ekspresi diri yang positif dengan
personalisasi halaman profil dan kemudian berpartisipasi dalam diskusi tentang
topik-topik yang menarik bagi mereka. Hal-hal tersebut sangat dibutuhkan dalam
membangun sense of identity pada diri setiap anak.
c. Self-Esteem
Berkaitan dengan
pembentukan identitas di atas, jaringan sosial juga mampu membantu anak dan
remaja untuk membangun harga diri dan kepercayaan dirinya.
d. Battling
Depression
Adanya dukungan sosial
juga dapat sangat membantu anak, khususnya remaja, untuk mengatasi depresi yang
dialaminya. Ada contoh kasus tentang Tamaryn Stevens, seorang remaja 17 tahun
yang didiagnosis dengan penyakit ginjal saat dia berumur 10 tahun dan kemudian
menjalani operasi transplantasi. Tamaryn menggunakan jejaring sosial bernama
LiveWIRE setiap hari untuk chatting dengan teman online, mem-posting pemikiran
dan bahkan meng-upload puisi ungkapan hatinya. Dia merasa sangat terbantu oleh
dukungan teman-temannya melalui jejaring sosial tersebut untuk mengatasi
depresinya dan membuat hari-harinya menjadi jauh lebih berbahagia.
Penggunaan
(bukan kecanduan) internet juga berpengaruh positif terhadap kepribadian
seseorang. Reid Steere, seorang Sosiolog dari Los Angeles mengatakan, jika
seseorang menggunakan internet sebagai media eksplorasi diri dengan kesadaran
penuh, ia akan mengalami pertumbuhan sebagai hasil dari refleksi dirinya secara
utuh melalui internet.
3. Pada
perkembangan inteligensi
Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa individu yang mendapatkan pelatihan berupa simulasi melalui
komputer akan menunjukkan performa yang jauh lebih baik dalam prakteknya di
dunia nyata dibandingkan dengan individu yang tidak melakukan simulasi.
Anak-anak zaman sekarang juga lebih baik dalam melakukan multitasking
dibandingkan generasi sebelumnya. Hal ini tampaknya berkaitan dengan peningkatan
informasi visual yang harus diprosesnya pada saat bersamaan seperti saat mereka
berinteraksi dengan teknologi komputer dan internet.
4. Pada
perkembangan moral
Beberapa aksi kemanusiaan dalam
menghadapi peristiwa-peristiwa besar seperti bencana alam dapat diakses
langsung oleh masyarakat luas, termasuk juga anak-anak dan remaja, yang
menggunakan media elektronik dan internet. Aksi tersebut sering memicu
tumbuhnya solidaritas untuk merasakan bahkan membantu individu lain yang sedang
tertimpa musibah. Hal tersebut dapat mendorong perkembangan moral yang adekuat.
Rekomendasi
Internet yang Baik dan Aman untuk Anak dan Remaja
Efek
positif dan negatif yang seolah kontradiktif membuktikan bahwa dampak dari
teknologi sangat tergantung dari penggunanya. Oleh karena itu kunci untuk
menyeimbangkan efek positif dan negatif dari teknologi terhadap perkembangan
anak dan remaja adalah dengan bimbingan yang tepat dan komunikasi yang efektif
antara orangtua dan anak. Sebuah skenario win-win solution perlu dilakukan, apabila
orang tua mengijinkan anak-anak mereka untuk memaksimalkan pengaruh positif
teknologi dan menyerap sebanyak mungkin manfaat teknologi. Sambil di sisi lain
tentu saja tetap meminimalkan dampak negatifnya.
Salah
satu hak dasar anak adalah hak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara lebih
optimal. Mereka pun berhak untuk mendapatkan yang terbaik dari apa yang
ditawarkan oleh teknologi, dan orangtua pun wajib untuk membimbing
putra-putrinya agar dapat menggunakan teknologi dengan benar serta meningkatkan
pengalaman belajarnya untuk mencapai hasil yang positif. Selain itu orang tua
atau pengawas harus sempat meluangkan waktu untuk menemani si anak saat
berselancar di dunia maya. Rasa ingin tahu anak-anak dan remaja kadang begitu
luar biasa untuk dapat dibendung, jadi mendampinginya saat menjelajahi dunia
maya adalah cara yang bijak untuk mendidik anak seputar internet dan membekali
mereka langsung bagaimana menggunakan internet secara baik dan benar maupun
tepat guna, walau sekadar untuk hiburan baginya. Oleh karena itu tips yang bisa
dilakukan adalah:
·
Orangtua harus tahu sedikit banyaknya
seluk beluk internet, dan mengerti bagaimana cara memblok konten internet yang
tidak tepat untuk anak.
·
Tempatkan komputer di area keluarga/umum
dan hindari menaruh komputer di ruang pribadi si anak, dan posisikan agar
monitor komputer dapat diawasi dari berbagai sudut ruangan, ini memudahkan Anda
mengawasi kegiatan daring (online) si anak.
·
Sebaiknya batasi lama waktu berinternet
dalam sehari.
·
Berikan bookmarks/favorited situs-situs
yang suka dikunjungi anak di internet untuk memudahkan akses.
·
Jika anak melaporkan ada sesuatu yang
membuatnya tidak nyaman selama berinternet, maka responslah anak dengan
bersungguh-sungguh. Berikan perhatian pada rasa tidak nyamannya dan berikan
solusi yang positif.
Analisis
teori :
1. Teori
Psikososial Erikson
Salah satu
sumbangannya yang terbesar
dalam psikologi perkembangan adalah psikososial. Istilah
psikososial dalam kaitannya
dengan perkembangan manusia
berarti bahwa tahap-tahap
kehidupan seseorang dari
lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial
yang berinteraksi dengan
suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Terdapat keterkaitan
antara artikel diatas dengan teori perkembangan psikososial Erickson, yaitu
pada tahap ke 6 perkembangan psikososial : Intimacy vs Isolation
(Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun).
·
Tahap pertama dalam perkembangan
kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa dewasa muda, yaitu merupakan tahap
ketika seseorang merasa siap membangun hubungan yang dekat dan intim dengan
orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat, seseorang akan mampu
merasakan cinta serta kasih sayang.
·
Pribadi yang memiliki identitas personal
kuat sangat penting untuk dapat menembangkan hubungan yang sehat. Sementara
kegagalan menjalin hubungan bisa membuat seseorang merasakan jarak dan terasing
dari orang lain.
Keterkaitan
dampak negatif dari teknologi internet bagi psikologis anak dan remaja dengan
teori psikososial Erickson
→
Jika seorang anak/remaja tidak dapat menyeimbangkan antara waktu penggunaan
internet dengan waktu berinteraksi dengan dunia sosialnya. Hal itu dapat
berpengaruh buruk terhadap psikologis anak/remaja tersebut, karena dapat
membentuknya menjadi pribadi yang anti social dan semacamnya.
Seperti
contoh : si anak menggunakan internet secara terus-menerus sepanjang harinya.
Mungkin si anak akan mahir dalam menggunakan internet, mengakses apapun
yang ia suka, bermain game dan sebagainya. Tetapi, ketika ia berada di luar dan
harus berinteraksi dengan sekitarnya (dunia sosial) ia tidak mampu karena ia
tidak terbiasa untuk bertemu orang lain selain orang rumahnya, sehingga tidak
mampu untuk menempatkan dirinya dengan baik di lingkungan sosial/masyarakat.
2. Teori
Kognitif
Berbeda dengan
teori-teori psikoanalisis, yang
menekankan pentingnya pikiran-pikiran tidak
sadar anak-anak, teori-teori
kognitif menekankan pikiran-pikiran sadar mereka. Teori kognitif
didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif
merupakan sesuatu yang
fundamental dan yang
membimbing tingkah laku anak.
Dengan kemampuan kognitif
ini, maka anak
dipandang sebagai individu yang
secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia. Chaplin sebagaimana
Muhibbin Syah berpendapat bahwa
Istilah kognitif menjadi populer
sebagai salah satu domain atau wilayah psikologis manusia yang meliputi setiap
perilaku mental yang
berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan
informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyakinan.
Dewasa ini
studi tentang perkembangan
kognitif didominasi oleh
dua teori, yaitu perkembangan kognitif Piaget dan teori pemrosesan
informasi.
Keterkaitan dampak negatif
dari teknologi internet bagi psikologis anak dan remaja dengan teori kognitif
® Jika seorang anak sudah kecanduan
internet atau gadget maka perkembangan kognitif anak tersebut akan
terhambat. Karena anak tersebut akan terus-menerus bermain dengan gadgetnya
dan menghiraukan dunia luar.
Referensi
:






