Friday, March 27, 2020

Dampak Negatif Internet dan Teori Psikologi yang Terkait


Artikel :
Dampak Psikologis Teknologi Internet Pada Anak dan Remaja
Pro dan Kontra Teknologi Internet
Teknologi merupakan sehimpunan cara, peralatan, metode, informasi, dan pengorganisasian yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk (barang dan atau jasa) dan secara umum bertujuan untuk memecahkan persoalan tertentu (menjawab persoalan pragmatis) pada mulanya diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Salah satu teknologi yang telah berkembang pesat dewasa ini adalah teknologi internet. Namun dalam perkembangan selanjutnya sering muncul pro dan kontra terhadap kehadiran teknologi ini.
Pertanyaan yang sering muncul kemudian adalah “apakah teknologi berpengaruh negatif atau positif dalam kehidupan manusia?”. Para Psikolog memandang hal tersebut tergantung dari pribadi si penggunanya. Artinya setiap produk teknologi, termasuk teknologi internet memiliki fungsi positif dan negatif yang sekaligus melekat pada waktu yang bersamaan. Seperti halnya sebuah pisau, fungsi positifnya dapat membantu manusia untuk memotong benda-benda yang besar sehingga lebih mudah untuk dibawa atau diolah. Namun efek negatifnya adalah bila digunakan secara keliru seperti mengancam jiwa orang lain atau bahkan membunuhnya. Begitu pula dengan teknologi internet, tentu internet akan bermanfaat jika mampu meningkatkan kehidupan seseorang, dan sebaliknya menjadi penyakit jika membuat kacau kehidupan orang tersebut.
Oleh karena itu memang tidak mudah untuk membuat penilaian apakah teknologi internet berdampak positif atau negatif, karena jawabanannya sangat tergantung dari sang pengguna teknologi tersebut.
Dampak Teknologi Internet Pada Anak dan Remaja
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, teknologi internet dapat berdampak positif maupun berdampak negatif tergantung dari sang pengguna teknologi. Namun apabila dilihat dari sisi psikologis, dampak ini akan berpengaruh terhadap beberapa aspek perkembangan anak dan remaja, yaitu perkembangan fisik, perkembangan sosial dan emosi, perkembangan inteligensi, dan perkembangan moral.
A.    Dampak negatif teknologi internet Pada Anak dan Remaja
1.      Pada perkembangan fisik
Interaksi antara pengguna (dalam hal ini anak dan remaja) dengan teknologi internet banyak mengurangi aktivitas gerak karena konsep dari teknologi adalah memudahkan kehidupan manusia sehingga akan banyak mengurangi aktivitas fisiknya. Karena kurang bergerak, anak maupun remaja sering terjangkit obesitas yang dapat memicu ketidakseimbangan hormonal dan metabolism yang dapat menggiring terjadinya serangan jantung. Disamping itu, perkembangan fisik pun banyak mengalami physical decline. Contohnya adalah problem visual seperti kelelahan mata, sakit kepala atau bahkan penglihatan menjadi kabur. Hal ini disebabkan karena cahaya dan radiasi yang yang dipancarkan dari perangkat elektronik.
2.      Pada perkembangan sosial, emosi, dan kepribadian
Pada anak dan remaja, perkembangan emosi tidak lepas dari interaksinya dengan lingkungan sosial. Bila lingkungan sosial yang ada di sekeliling anak berupa lingkungan sosial yang “virtual” dan tidak pada kenyataannya, maka perkembangan emosinya pun cenderung tidak adekuat. Hal ini disebabkan karena umpanbalik dari lingkungan virtual dapat diatur sesuai dengan kehendak individu, sedangkan umpanbalik dari lingkungan nyata belum tentu sesuai dengan kehendak individu sehingga individu pun harus mengembangkan keterampilan sosial dan emosi untuk mengatasinya.
Saat ini telah dikembangkan berbagai jejaring sosial yang dapat mendukung terciptanya suatu lingkungan sosial “virtual”. Pada anak-anak dan remaja, pengaruh negatif dari jejaring sosial ini dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :
a.       Hilangnya privasi
Tidak sebagaiamana orang dewasa, anak-anak dan remaja akan cenderung tidak mencantumkan identitas nyata dalam jejaring sosial yang mengakibatkan mereka rentan terhadap hilangnya privasi mereka serta kemungkinan abuse terhadap foto atau video yang kurang appropriate yang mereka posting didalam jejaring sosialnya.
b.      Cyber-Bullying
Anak-anak dan remaja belum cukup matang untuk memahami dampak dari informasi yang dimunculkan dalam jejaring sosial sehingga banyak terjadi kasus perkelahian yang dimulai dari komentar atau status namun dianggap sebagai ejekan atau bullying melalui jejaring sosial.
c.       Stranger-Danger
Anak-anak dan remaja masih kurang aware terhadap bahaya dari orang yang tak dikenal atau yang mengenal mereka namun memalsukan identitasnya dalam jejaring sosial. Menurut Pew Research Center, "32% dari remaja online telah dihubungi oleh seseorang yang tidak ada hubungannya dengan mereka dan 7% dari remaja online tersebut mengatakan mereka merasa takut atau tidak nyaman sebagai akibat dari kontak dengan orang yang tak dikenal secara online. Di Indonesia bahkan kasus remaja yang diculik dan kemudian diperkosa oleh orang tak dikenal melalui jejaring sosial banyak terjadi.
d.      Cyber-Stalking
Kejujuran anak-anak dan remaja dalam jejaring sosial seperti melakukan posting tentang bagaimana rumah mereka, di mana sekolah mereka, menyebabkan orang asing yang berniat jahat sangat mudah untuk membuntuti atau bahkan membujuk mereka untuk bertemu muka dan akhirnya bisa melakukan tindak kejahatan terhadap mereka.
Beberapa interaksi anak dengan teknologi elektronik juga dapat berdampak pada perkembangan aspek emosi yang tidak adekuat. Bila teknologi elektronik seperti komputer dan koneksi internetnya digunakan tanpa kontrol yang baik, maka akan menyebabkan tingginya risiko untuk menjadi ketergantungan (addiction). Banyak orang tidak sadar bahwa lama-kelamaan ia menutup diri terhadap komunikasi sosial entah karena keasikan ngebrowse atau karena internet dipakai sebagai pelarian dari masalah-masalah yang berhubungan dengan kepribadiannya. Hal itu dapat terjadi karena ada individu yang menampilkan kepribadian yang berbeda pada saat online dengan offline. Motivasi dibalik itu tentu berbeda antara satu orang dengan yang lain.
Permasalahan akan rumit jika alasannya adalah karena individu tersebut tidak puas/suka terhadap dirinya sendiri (mungkin karena rasa minder, malu, atau merasa tidak pantas), lantas menciptakan dan menampilkan kepribadian yang lain sekali dari dirinya yang asli. Seringkali ia lebih suka pada kepribadian hasil rekayasa yang baru karena tampak ideal baginya. Padahal, menurut para Psikolog, hal ini tidak benar dan tidak sehat.
Michelle Weil, seorang Psikolog dan pengarang buku terkenal, memberikan contoh konkrit tentang seorang gadis yang dijauhi oleh teman-temannya lalu kemudian menghabiskan waktu untuk mojok berchatting ria dengan menampilkan karakter yang sangat kontradiktif dengan karakter aslinya. Akibatnya, lama kelamaan ia semakin jauh dengan kenyataaan sosial yang ada, bahkan tidak bisa menerima diri apa adanya. Menurut pakar psikoanalisa terkenal seperti Erich Fromm, kondisi demikian dinamakan neurosis. Kondisi neurosis yang berkepanjangan akan mengakibatkan gangguan jiwa yang serius. Michelle lebih lanjut menambahkan, bahaya latennya adalah terbentuknya kepribadian online yang berbeda dengan yang asli.
3.      Pada perkembangan inteligensi
Anak-anak jaman sekarang diduga menggunakan otak mereka secara berbeda dengan anak-anak pada generasi sebelumnya. Berarti cara pengajaran maupun evaluasi yang dilakukan saat ini pun belum tentu efektif untuk menggambarkan kecerdasan mereka.. Dampak negatif dalam inteligensi dibuktikan oleh Lady Susan Greenfield, ahli syaraf dan profesor farmakologi sinaptik pada Lincoln College, Oxford, dan direktur Royal Institution. Dia berpendapat bahwa anak-anak yang menggunakan teknologi internet secara berlebihan akan memiliki kecenderungan untuk mengalami hambatan dalam rentang perhatian, kebutuhan melakukan stimulasi secara segera atau tidak sabar, dan ‘rasa kebingungan dalam identitas’. Selain itu teknologi internet juga berdampak pada penalaran kritis. Karena hampir semua informasi telah tersedia sehingga anak-anak pun menjadi kurang terampil dan cenderung berkonsentrasi hanya pada satu hal untuk jangka waktu yang lama. Hal ini akan menyulitkan anak-anak untuk memecahkan masalah yang membutuhkan waktu pendek dan kompleks.

4.      Pada perkembangan moral
Dampak dalam perkembangan moral terutama terjadi karena pemaparan pada situs-situs yang banyak mengandung unsur pornografi dan kekerasan. Banyak kasus tentang kekerasan dan kejahatan seksual pada anak yang baik pelaku maupun korbannya adalah anak-anak dan remaja akibat beredarnya berbagai situs internet yang tidak dikontrol baik oleh para orangtua maupun orang dewasa lain yang bertanggungjawab terhadap pendidikan anak di Indonesia.
Dampak negatif dalam perkembangan moral juga dapat terjadi karena adanya kesempatan untuk mengunduh isi situs tanpa ijin. Tidak sedikit orangtua yang mengajarkan anak-anaknya untuk tidak mencuri bahkan mungkin memberikan hukuman bila ketahuan anaknya mencuri. Namun bila hal tersebut dilakukan dengan perangkat teknologi, misalnya mengunduh secara illegal baik lagu maupun film dengan berbagai cara, maka hukuman pun tidak diberikan.
Secara umum efek teknologi terhadap perkembangan moral diulas oleh Susan Willard dari University of Oregon melalui 4 faktor utama yang muncul dalam interaksi antara anak dengan teknologi internet, yakni:
a.       Lack of Affective Feedback and Remoteness from Harm
Dalam dunia nyata, suatu perilaku memiliki konsekuensi yang akan dirasakan langsung. Misalkan pada saat seorang anak bertemu anak lain dan melontarkan komentar negatif maka anak yang mengejek akan langsung menerima konsekuensi mulai dari jawaban penentangan sampai dengan perlawanan fisik bila anak yang diejeknya merasa tersinggung. Namun melalui komputer, perilaku negatif seperti di atas tidak akan secara langsung dirasakan dampaknya. Kondisi ini dapat menyebabkan anak mengembangkan perilaku moral yang tidak adekuat karena konsekuensi dari perilakunya sering tidak dirasakan secara langsung.
b.      Reduced Fear of Risk of Detection and Punishment
Interaksi melalui komputer juga dapat dilakukan secara anonim atau dengan memalsukan identitas. Hal ini menyebabkan individu dengan mudah dapat menghindar dari hukuman atau tanggungjawab atas perilaku keliru yang dilakukannya.
c.       New Environment Means New Rules
Dunia maya melalui internet nampak seperti sebuah lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan nyata di sekitar anak/remaja. Oleh karena itu anak sering beranggapan bahwa di dunia maya mereka boleh saja menerapkan aturan-aturan baru yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan dunia nyata, seperti saling mengejek atau membuat lelucon yang tanpa disadari bisa melukai hati atau menjadi suatu penghinaan terhadap orang lain.
d.      Perceptions of Social Injustice and Corruption
Adanya internet menyebabkan individu yang merasa diperlakukan tidak adil berhak untuk memberikan perlawanan kembali melalui teknologi internet. Mulai dari menentang dengan mengemukakan pendapatnya, hacking sampai dengan membongkar segala hal yang dianggap rahasia namun berpotensi menimbulkan suatu ketidakadilan, sebagaimana kasus Wikileaks yang marak akhir-akhir ini. Oleh karena itu individu berpotensi untuk melakukan perlawanan yang di dalam dunia nyata membutuhkan aturan tertentu untuk mengemukakan ketidaksetujuannya tersebut.
B.     Dampak Positif teknologi internet Pada Anak dan Remaja
Disamping berbagai dampak negatif, teknologi juga berdampak positif pada perkembangan anak dan remaja. Secara umum teknologi dapat mendorong tumbuhnya ‘rasa mampu’ pada anak disamping dapat digunakan sebagai ‘alat’ untuk memecahkan masalah (problem solving). Selain itu teknologi seperti internet juga sangat membantu anak untuk memperoleh informasi yang sangat luas. Permainan dengan menggunakan teknologi berupa perangkat games juga dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengenal prinsip-prinsip dasar dalam teamwork, kemampuan berbagi serta melatih eye-hand coordination. Namun secara rinci pengaruh positif teknologi internet terhadap berbagai aspek perkembangan anak dan remaja dapat diuraiakan sebagai berikut:
1.      Pada perkembangan fisik
Salah satu dampak positif bila teknologi internet digunakan dengan tepat adalah adanya kemungkinan untuk melakukan aktivitas fisik secara lebih leluasa tanpa terlalu dibatasi oleh ruang dan waktu. Seperti game yang menggunakan dancing pad misalnya, dapat dilakukan setiap saat di waktu senggang. Selain itu informasi tentang kesehatan lewat internet juga banyak memberikan dukungan terhadap gaya hidup sehat dan pencegahan terhadap penyakit. Namun manfaat ini tidak bisa langsung diperoleh anak dan remaja karena keterbatasan mereka dalam memahami informasi kesehatan yang diperolehnya. Oleh karena itu tentu dibutuhkan pendampingan dari orang dewasa atau orangtua agar anak bisa menginterpretasikan informasi yang benar tentang masalah kesehatan yang dapat mendukung perkembangan fisiknya.
2.      Pada perkembangan sosial, emosi, dan kepribadian
Banyak anak dan remaja dapat mengembangkan sense of power and accomplishment bila mereka mampu menggunakan komputer. Bila orang dewasa cenderung melakukan interaksi yang pertamakali dengan komputer karena alasan pekerjaan, maka pada umumnya anak dan remaja memulainya karena alasan bermain. Namun dari bermain itulah mereka dapat mengembangkan kreativitas, interaksi dengan teman sebaya, kemampuan berkomunikasi, bahkan memperkaya kemampuan berbahasa karena adanya kemungkinan untuk melakukan kontak dengan anak-anak dari belahan bumi yang saling berbeda.
Aspek perkembangan sosial dan emosi yang banyak didukung oleh adanya jejaring sosial melalui internet antara lain:
a.       Relationship building & Cultural Awareness
Situs jejaring social memungkinkan anak-anak dan remaja untuk bertemu teman baru dari negara lain serta membantu mereka untuk menjadi lebih peka terhadap perbedaan budaya. Anak-anak dan remaja juga mampu untuk tetap dapat saling berhubungan atau membina hubungan kembali dengan teman-teman masa lalu yang mungkin telah lama tidak bertemu atau berpisah jauh.
b.      Identity
Anak dan remaja dapat berbagi minat dengan anak lain, bergabung dengan suatu kelompok baru, mengembangkan kemandirian, terlibat dalam ekspresi diri yang positif dengan personalisasi halaman profil dan kemudian berpartisipasi dalam diskusi tentang topik-topik yang menarik bagi mereka. Hal-hal tersebut sangat dibutuhkan dalam membangun sense of identity pada diri setiap anak.
c.       Self-Esteem
Berkaitan dengan pembentukan identitas di atas, jaringan sosial juga mampu membantu anak dan remaja untuk membangun harga diri dan kepercayaan dirinya.
d.      Battling Depression
Adanya dukungan sosial juga dapat sangat membantu anak, khususnya remaja, untuk mengatasi depresi yang dialaminya. Ada contoh kasus tentang Tamaryn Stevens, seorang remaja 17 tahun yang didiagnosis dengan penyakit ginjal saat dia berumur 10 tahun dan kemudian menjalani operasi transplantasi. Tamaryn menggunakan jejaring sosial bernama LiveWIRE setiap hari untuk chatting dengan teman online, mem-posting pemikiran dan bahkan meng-upload puisi ungkapan hatinya. Dia merasa sangat terbantu oleh dukungan teman-temannya melalui jejaring sosial tersebut untuk mengatasi depresinya dan membuat hari-harinya menjadi jauh lebih berbahagia.
Penggunaan (bukan kecanduan) internet juga berpengaruh positif terhadap kepribadian seseorang. Reid Steere, seorang Sosiolog dari Los Angeles mengatakan, jika seseorang menggunakan internet sebagai media eksplorasi diri dengan kesadaran penuh, ia akan mengalami pertumbuhan sebagai hasil dari refleksi dirinya secara utuh melalui internet.
3.      Pada perkembangan inteligensi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu yang mendapatkan pelatihan berupa simulasi melalui komputer akan menunjukkan performa yang jauh lebih baik dalam prakteknya di dunia nyata dibandingkan dengan individu yang tidak melakukan simulasi. Anak-anak zaman sekarang juga lebih baik dalam melakukan multitasking dibandingkan generasi sebelumnya. Hal ini tampaknya berkaitan dengan peningkatan informasi visual yang harus diprosesnya pada saat bersamaan seperti saat mereka berinteraksi dengan teknologi komputer dan internet.
4.      Pada perkembangan moral
Beberapa aksi kemanusiaan dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar seperti bencana alam dapat diakses langsung oleh masyarakat luas, termasuk juga anak-anak dan remaja, yang menggunakan media elektronik dan internet. Aksi tersebut sering memicu tumbuhnya solidaritas untuk merasakan bahkan membantu individu lain yang sedang tertimpa musibah. Hal tersebut dapat mendorong perkembangan moral yang adekuat.
Rekomendasi Internet yang Baik dan Aman untuk Anak dan Remaja
Efek positif dan negatif yang seolah kontradiktif membuktikan bahwa dampak dari teknologi sangat tergantung dari penggunanya. Oleh karena itu kunci untuk menyeimbangkan efek positif dan negatif dari teknologi terhadap perkembangan anak dan remaja adalah dengan bimbingan yang tepat dan komunikasi yang efektif antara orangtua dan anak. Sebuah skenario win-win solution perlu dilakukan, apabila orang tua mengijinkan anak-anak mereka untuk memaksimalkan pengaruh positif teknologi dan menyerap sebanyak mungkin manfaat teknologi. Sambil di sisi lain tentu saja tetap meminimalkan dampak negatifnya.
Salah satu hak dasar anak adalah hak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara lebih optimal. Mereka pun berhak untuk mendapatkan yang terbaik dari apa yang ditawarkan oleh teknologi, dan orangtua pun wajib untuk membimbing putra-putrinya agar dapat menggunakan teknologi dengan benar serta meningkatkan pengalaman belajarnya untuk mencapai hasil yang positif. Selain itu orang tua atau pengawas harus sempat meluangkan waktu untuk menemani si anak saat berselancar di dunia maya. Rasa ingin tahu anak-anak dan remaja kadang begitu luar biasa untuk dapat dibendung, jadi mendampinginya saat menjelajahi dunia maya adalah cara yang bijak untuk mendidik anak seputar internet dan membekali mereka langsung bagaimana menggunakan internet secara baik dan benar maupun tepat guna, walau sekadar untuk hiburan baginya. Oleh karena itu tips yang bisa dilakukan adalah:
·         Orangtua harus tahu sedikit banyaknya seluk beluk internet, dan mengerti bagaimana cara memblok konten internet yang tidak tepat untuk anak.
·         Tempatkan komputer di area keluarga/umum dan hindari menaruh komputer di ruang pribadi si anak, dan posisikan agar monitor komputer dapat diawasi dari berbagai sudut ruangan, ini memudahkan Anda mengawasi kegiatan daring (online) si anak.
·         Sebaiknya batasi lama waktu berinternet dalam sehari.
·         Berikan bookmarks/favorited situs-situs yang suka dikunjungi anak di internet untuk memudahkan akses.
·         Jika anak melaporkan ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman selama berinternet, maka responslah anak dengan bersungguh-sungguh. Berikan perhatian pada rasa tidak nyamannya dan berikan solusi yang positif.

Analisis teori :
1.      Teori Psikososial Erikson
Salah  satu  sumbangannya  yang  terbesar  dalam  psikologi  perkembangan adalah psikososial.  Istilah  psikososial  dalam  kaitannya  dengan  perkembangan manusia berarti  bahwa  tahap-tahap  kehidupan  seseorang  dari  lahir  sampai  mati dibentuk oleh  pengaruh-pengaruh  sosial  yang  berinteraksi  dengan  suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Terdapat keterkaitan antara artikel diatas dengan teori perkembangan psikososial Erickson, yaitu pada tahap ke 6 perkembangan psikososial : Intimacy vs Isolation (Keintiman vs Isolasi, 18-35 tahun).
·         Tahap pertama dalam perkembangan kedewasaan ini biasanya terjadi pada masa dewasa muda, yaitu merupakan tahap ketika seseorang merasa siap membangun hubungan yang dekat dan intim dengan orang lain. Jika sukses membangun hubungan yang erat, seseorang akan mampu merasakan cinta serta kasih sayang.
·         Pribadi yang memiliki identitas personal kuat sangat penting untuk dapat menembangkan hubungan yang sehat. Sementara kegagalan menjalin hubungan bisa membuat seseorang merasakan jarak dan terasing dari orang lain.
Keterkaitan dampak negatif dari teknologi internet bagi psikologis anak dan remaja dengan teori psikososial Erickson
→ Jika seorang anak/remaja tidak dapat menyeimbangkan antara waktu penggunaan internet dengan waktu berinteraksi dengan dunia sosialnya. Hal itu dapat berpengaruh buruk terhadap psikologis anak/remaja tersebut, karena dapat membentuknya menjadi pribadi yang anti social dan semacamnya.
Seperti contoh : si anak menggunakan internet secara terus-menerus sepanjang harinya. Mungkin si anak akan mahir dalam menggunakan internet, mengakses apapun yang ia suka, bermain game dan sebagainya. Tetapi, ketika ia berada di luar dan harus berinteraksi dengan sekitarnya (dunia sosial) ia tidak mampu karena ia tidak terbiasa untuk bertemu orang lain selain orang rumahnya, sehingga tidak mampu untuk menempatkan dirinya dengan baik di lingkungan sosial/masyarakat.
2.      Teori Kognitif
Berbeda  dengan  teori-teori  psikoanalisis,  yang  menekankan  pentingnya pikiran-pikiran  tidak  sadar  anak-anak,  teori-teori  kognitif  menekankan  pikiran-pikiran sadar mereka. Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif  merupakan  sesuatu  yang  fundamental  dan  yang  membimbing  tingkah laku  anak.  Dengan  kemampuan  kognitif  ini,  maka  anak  dipandang  sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia. Chaplin  sebagaimana  Muhibbin  Syah berpendapat  bahwa  Istilah  kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah psikologis manusia yang meliputi  setiap  perilaku  mental  yang  berhubungan  dengan  pemahaman, pertimbangan,  pengolahan  informasi,  pemecahan  masalah,  kesengajaan,  dan keyakinan.
Dewasa  ini  studi  tentang  perkembangan  kognitif  didominasi  oleh  dua teori, yaitu perkembangan kognitif Piaget dan teori pemrosesan informasi.

Keterkaitan dampak negatif dari teknologi internet bagi psikologis anak dan remaja dengan teori kognitif
® Jika seorang anak sudah kecanduan internet atau gadget maka perkembangan kognitif anak tersebut akan terhambat. Karena anak tersebut akan terus-menerus bermain dengan gadgetnya dan menghiraukan dunia luar.

Referensi :



No comments:

Post a Comment